Sunday 12 May 2013

Kopi culture

Seperti kebanyakan kota besar lainya, Melbourne dipenuhi dengan kopi spot, mulai dari boutique kopi, cafe sampek kopi pinggiran yang harganya $1 sampek $21 secangkir. Waktu masih di indonesia, kita cukup puas dengan kopi sachet ato sesekali ke starbucks nyicipi kopi sambil nangkir sok-sok-an berpenghasilan lebih.

2 tahun lalu, pertama kali aku mampir ke cafe di Melbourne, tepatnya Chapel Street, di mana cafe- cafe dan boutique berjejeran, mulailah aku bermimpi bisa berdiri di belakang mesin espresso, bikin kopi dengan rosetta cantik di atasnya. Sebulan kemudian, aku mutusin buat kursus barista- 1 bulan kelas berlangsung dan entah berapa galon susu yang aku habiskan untuk mengenal dan mengerti struktur susu yang benar untuk kopi. Mulai dari perbedaan latte, flatwhite, cappucino, machiato, picollo- bahkan untuk bikin kopi rasikan paling sederhana sekalipun, kayak long-black/americano.

Seminggu setelah lulus, aku coba keberuntunganku di gumtree- dengan manrush aplikasi kerja sebagai Junior barista. Empat kali panggilan kerja dengan 3 cangkir kopi di meja jadi kunci aku di terima atau tidak. Kelima kalinya, satu cafe sepi dekat County Court Melbourne manggil aku lagi sebagai co-barista. Basically, aku cuman naker bubuk kopi supaya pas dan manghasilkan espresso yang baik. cokelat merah gelap dengan cream di atasnya. Kerjaan yang mengharuskan aku bangun jam 5 pagi, berasa kayak masuk ABRI. Tinggal di Bali yang selalu tidur pagi dan bangun siang sudah jadi ritaul hidupku selama sekurang-kurangnya 7 tahun, "ini perubahan" kataku... (bersambung).

Sunday 7 April 2013

Goodbye Iphone5


pernah kan ketika kita bangun tidur dan merasa hari kita bakalan kayak pasar traditional? most unorganized, warna- warni, bau macem2 mulai dari bra, celana dalam, pete, bawang, sampek ikan tongkol yang di asinkan?

Ini dia hari gw, dimulai dari bangun telat, hanya 13 menit waktu gue buat mandi, gosok gigi, belum lagi cukur bulu badan gw, nanam beberapa product kecantikan lelaki, dandan khusuk, jalan ke tram stop, naek tram, turun tram, jalan lagi, clock-in tempat kerja, dan pasang appron, pasang senyum manis ke manager dan salam "good morning, sorry i was late". 

jelas gue telat seenggak-enggaknya 20 menit. Detik ini juga gw bikin critical decision. Gue coba memilah, routine yang bisa gue cut demi safe sometime buat gw. 1, gw kagak cukur bulu, 2.Gw kayak dandan menor, 3- jelas gue ga jalan ke tram- tapi LARI!

semua berjalan lancar, sampek gw harus naek tram, dan terima telpon temen gw- ngejelasin tugas akhir yang harus kita kerjain kelar besok pagi. Saking panik + gue harus turun tram, karena ada galian, gw lupa dah tu telpon masih nangkring di dalam tram. 10, 15 menit gue baru nyadar. PANIC, persis tingkah gue kalo kebelet ke toilet, gw lari balik. ada sekitar 5 tram baris di depan mata, "nyang mana ya tram gw tadi, yang gue inget cuman sopirnya doang", bukan rasis- tapi kebodohan makin berscore- 80% sopir public transportasi di Melbourne bukanya Indian? "mending gw masuk ke galianentu dah- PR bener ini nginegt tanda-tanda tram yang gue naikin".

petunias tram yang saat itu bertugas menyeberangkan lulu lint's commuter, gw simpering "sir, i just left my phone like 10 minutes ago, but I'm not sure which tram, what should i do?" micah gw. "Well if you don't remember anything about your lost, how i can help you? why don't you try to call your phone? who knows someone will pick-it up, and tell you where to get it?". Entah gw yang OON ape dia yang kurang pin tar, gw lari balik ke tempt kerja. 

Kepanikan makin menjadi, gw ambil telp kantor, tekan nomer gw + Call…. 7 kali, ga ada yang ngejawab. Colleague gw bilang, kenapa gw ga coba telp emergenchy tram service- 15 menit gw duduk bareng sama rokok dan kopi. Memang, kalo orang baik seperti saya, lucky ga jauh-jauh. Sopir tram menemukan telpon gw, gw di suruh nunggu di tram stop dimana gw kehilangan. 

proses berlanjut gw nerima tu HP, gw bilang terimakasih dan segala macem. Sopir tram nanyak "some one was poping up in the screen earlier, but i don't know what to do", Screen ID homer manager gw nongol di HP, waktu berkali-kali gw telp. Nah BAPAK SOPIR, untungnya anda masih pakek POlyponic HP, kalo kayak kan, musnahlah HP gw……

Sunday 31 March 2013

Easter Break = Bank Break

Libur paskah di Mlebourne ternyata tidak membawa banyak keuntungan untuk warna kurang mampu seperti saya ini. Jatah hari kerja yang melorot jelas mengurangi kucuran pundi biaya makan dan foya- foya ga jelas yang sudah saya rencankan (sudah nampak kurang sehat akal ini- maaf kalo mulai seronok). 

Dengan geberan diskon (Mid Sale) di sini, makin menginspirasi saya untuk untuk lebih bodoh dengan tidak melarang diri sendiri menggesek ratusan dolar hanya demi beberapa jahitan manja yang di pajang cantik di beberapa shopping centre di sini. Kebijakan otak saya berpikir "ah kapan lagi ya dapat ini baju ato celana dengan harga miring" ato sebenarnya lebih serign ke arah, "eh kalo ga beli sekarang, nanti ga ada lagi ukuran saya yang notabene sefamily sama hobbit"- uang kan tinggal di cari. 

journal pribadi otak ini kadang bikin sengsara hidup gue. Kadang memang bisa di lihat sisi posistifnya, dapat sesuatu yang bener-bener bermanfaat dan value-nya bener. Tapi 70%-nya nggak tuh, yang ada malah end-up dengan tidak mempunyai cukup makanan di kulkas atau lebih serign jalan 40 menit lebih lama, karena menghindari biaya tram yang lumayan mahal. 

Bukan menyarankan, tapi buat sadora sebangsa saya yang di Australia- khususnya Melbourne, kalo ortu kita ga punya cukup deposito di bank yang bisa kita hamburkan- hamburkan, sebaiknya memang harus nunggu midsale- dan membeli seusatu yang memang di perlukan.  Tanyalah dengan bijak diri sendiri, apa memang perlu kita beli ni benda, ata ada alternativnya, apa kita akan pakek dalam jangka panjang? ( mengingat hidup kita harus cukup di pack dalam koper dan ransel)..

selamat paskah anyway. 

salam kakikutelanjang.